Haikuku

Selamat Datang

Posts

Comments

Pengurus

Haikuku

SELAMAT BERGABUNG

Berkarya dan Bersilaturahmi

Konten Haikuku



  • Partitur kosong
    Nada-nada mengalun
    Tanpa suara


    Di puncak Prau
    Sepertimu, Mirriya
    Begitu gigil





    Anda dirindu
    Tuanku, raudhahmu
    Sejadah wangi 


    Di matamu, Re
    Tuhan membangun kabah:
    Rindu yang misyiq 


    Selaksa khilaf
    Di menara cahaya
    Sujud pun kuyup 


    Masih di sini
    Membaca puisimu
    Tiap hurupnya

    Seperti sunyi
    Lalu rindu pun biru
    Serupa safir

    Kau gerimisnya
    Membasahi ingatan
    Dingin dan diam

    Aku tertatih
    Mengeja tiap kata
    Namamu kekal


  • semusim lalu.
    langlang cincin api.
    meletus kelud. 

    Rumah Ilalang, 06-12-2014/16:01

    bebatu terbang.
    dini hari gemuruh.
    sepi bahana.

    Rumah Ilalang, 06-12-2014/16:06
     
    kabar berdering.
    mengguyur! hujan pasir.
    rumah semedi.

    Rumah Ilalang, 06-12-2014/16:09

    duyun pengungsi.
    wajah-wajah berdebu.
    pilu menyuntuk.

    Rumah Ilalang, 06-12-2014/16:12

    siapa aku?
    sendirian di sini.
    biar sepi tak.

    Ri, 09-12-2014/05:19

  • Agus Injuk

     
    Di bawah langkah
    Sepatu kusam lusuh
    Mencari arah


    Kolor morosot
    Moncorong popolotot
    Noong non momoh 




    Agus Injuk's photo.
    Haikuku

    "Nelayan satu"

    Menatap langit

    Saat gelombang pasang

    Melilit nasib

  • Cibirkan bibir
    Saat camar berkicau
    obralkan janji

    Pintar berorasi
    bagai badut jalanan
    Penjual obat



  • Aghan S Parmin : Lahir di Indramayu, 22 juni 1978. Pernah mengikuti kuliah di UIN jakarta hingga semester 6 dengan tidak melanjutkannya meraih gelar. Tahun 1996, aktif di Sanggar Tonggak Ciputat di bawah binaan LSMI HMI Ciputat dan ikut mendirikan Sanggar Altar Ciputat, bersama itu pula di bawah divisi Sanggar Altar tersebut mendirikan Bulletin Sastra NOL Ciputat. Sejak 2002 hingga sekarang aktif di Sanggar Sastra Religius Mentaya Estetika Sampit, pernah menjadi Staff Redaktur Bulletin Swara Mentaya. Hingga sekarang aktif mengajar di SSR-MES, Pondok Pesantren Al-Ahqaaf Mentaya Estetika Sampit. Karya puisinya diterbitkan bersama 73 penulis Sanggar Sastra Kembang Langit dalam format Antologi bertajuk "Menuju Jalan Cahaya", Antologi Religi "Ziarah Batin", Antologi "Wakil Rakyat (Sanggar Sastra Kembang Langit 2013) Javakarsa Media, Yogyakarta 2013.

    Kumpulan Haiku Aghan S Parmin


    1. 
    pena desember 
    di putih tahun baru 
    menulis haiku 

    2. 
    doa desember 
    seputih tahun baru 
    mengiring sitor 

    3. 
    mencari sinyal 
    kesana dan kemari 
    sesat dimana 

    4. 
    si mata kalong 
    renggut seranum buah 
    reranting malam 

    5. 
    lelangit sendu 
    ladang bertumbuh bisu 
    merindu rindu 

    6. 
    semusim hujan 
    liar semak setumbuh 
    di celah rekah
    malam datanglah
    hati sunyi meraja
    pintu bukalah 

    sampit, 12 2014

    bintang berkedip 
    malam bak rahim bunda
    mengadam-hawa

    sampit, 12 2014

    subuh mengembun 
    pagi tabur cahaya 
    burung terbanglah 

    sampit, 12 2014

    malam meluruh 
    gelap menyimpan intan 
    bumi terengkuh

    Sampit, 12 2014

    gelembung busa
    angin riuh berlalu
    tangan kosonglah

    sampit, 12 2014

    layang melayang 
    dalam kendali tangan 
    aku layang kau

    sampit, 12 2014

    disinar bulan 
    daun sepuhan perak 
    hanyutku haiku 

    sampit, 12 2014

    bulan cemerlang 
    bumi indah cahaya 
    aku dalam Hai 

    sampit, 12 2014

    sehabis hujan 
    pohon-pohon menghening 
    batu tak gigil 

    sampit, 12 2014



    (1) 
    kayu mengering 
    menyala dalam tungku 
    jadilah bara 

    (2) 

    bara membara 
    menyala dalam tungku 
    jadilah abu 

    (3) 

    abu mendebu 
    nyala bara padamlah 
    menemukan-Mu 

    (4) 

    semula kapas 
    terbentuk dalam pabrik 
    jadilah benang 

    (5) 

    benang menjadi 
    tersulam dengan hati 
    jadilah baju 

    (6) 

    sekarang baju 
    usai pakai, balikkan 
    kita tiada 

    (7) 

    di padang lapang 
    kita tongkat dan domba 
    kita gembala 

    (8) 

    gembala girang 
    di bawah matahari menggiring domba 

    (9) 

    senja kembali 
    domba pun pulang kandang 
    gembala tenang 

    (10) 

    hari nan cerah 
    sulur muda gairah 
    telan pil surya 

    (11) 

    di dapur ini 
    sembako sedia penuh 
    kau aku koki 

    (12) 

    ruang audisi 
    tempat beradu aksi 
    Cinta mainkan

  • Hai, Ku!

    Oleh Afrizal Anoda
    Ketika almarhum Heru Emka mengajak saya untuk ikut meramaikan buku kumpulan puisi bertajuk “Suara-suara yang Terpinggirkan”, saya pun meresponnya dengan menyodorkan lima kelompok puisi berjudul, “Hai, Ku!”. Almarhum pun tertawa. “Mas, ternyata Anda bisa bercanda seperti Basho.”
    Pada angin yang lupa bertiup,
    pada hujan yang mangkir,
    pada cinta yang basah,
    Berapa hutangku padaMu?
    Mencium wangi rambutmu,
    rama-rama terbang bergerombol.
    Di kantung cuma ada seribu.
    Plak!
    Terkurung dalam usia,
    ingin menyanyi sekali saja.
    Atau menyalak.
    !
    Apakah itu puisi-puisi Haiku? Bukan, dong! Tetapi kata almarhum Heru Emka, “Puisi-puisi Mas itu sudah memiliki roh haiku.” Ah, roh hantu barangkali....
    Tahun 1975 silam, Sutadji Calzoum Bachri dan Ikranagara memperkenalkan puisi-puisi Haiku kepada saya waktu kami lagi nongkrong di plaza depan Teater Terbuka Taman Ismail Marzuki. Tardji membacakan puisi haiku berbahasa Spanyol. Dan Ikra membacakan haiku versi Sitor Situmorang. Dan saya pun menyambar secara spontan,
    Katakan pada Tuhan
    seseorang mencariNya
    Amin!
    “Alaaah, itu bukan Haiku,” kata Tardji.
    “Haiku itu tentang Zen,” Ikra mencoba menjelaskan.
    ***
    Sebetulnya, mudah saja menggubah sebuah puisi haiku. Karena pakemnya sudah jelas; terdiri dari tiga baris, baris pertama lima suku kata, baris kedua tujuh suku kata, dan baris ketiga kembali lima suku kata. Tapi sebuah haiku bukan hanya tulisan. Ia juga melukis dengan kata-kata. Ia menyampaikan pesan yang menusuk ke perasaan, pikiran, pengalaman hidup, dan sikap hidup. Karena itu Haiku lebih merupakan catatan pribadi perjalanan hidup penyairnya setiap hari. Dan... haiku itu adalah Zen!
    Zen lahir dari pemikiran seseorang untuk mengajari dirinya sendiri. Untuk mengenal dirinya sendiri. Pengalaman hidup adalah dasar utama bagi yang menekuni falsafah Zen. Dengan begitu, seseorang yang paham pada kehidupan yang dijalaninya, maka akan semakin banyak pula pelajaran yang diserapnya.
    Di dalam haiku, terdapat beberapa konsep Zen;
    • Satori, pengalaman akan pencerahan,
    • Mu shin, membatasi segala bentuk ego,
    • Jiyu, bebas merasakan,
    • Shokokyaka, melihat sampai pada yang paling dasar sebagai sumber dari kehidupan diri sendiri.
    Nah, yang lebih berat lagi jika Zen dikaitkan dengan puisi, sastra, maupun bentuk seni lainnya. Karena ada lima prinsip Zen dalam mengukur kualitas suatu karya seni.
    - Wabi, bersentuhan dengan moral manusia dalam menikmati hidup yang tenang dan jauh dari godaan duniawi.
    - Sabi, cara untuk menikmati ketenangan dan keindahan sunyi.
    - Mono no Aware, bagaimana menghargai keindahan pada alam, kehidupan, bahkan terhadap karya seni, dengan rasa yang penuh haru dan emosional.
    - Yugen, prinsip ini untuk menguak keindahan, keanggunan, kemurnian, dan ketenangan terhadap suatu misteri kehidupan ini secara mendalam.
    - Makoto, sifat ikhlas ketika bereaksi. Baik secara emosional maupun bersifat spontan.
    Zen membuat haiku menjadi indah, dan membuat pembacanya dapat memandang dunia secara luas, melihat lukisan kehidupan, dan merasakan emosi yang dalam pada diri sendiri.
    Meski begitu, janganlah pula menulis haiku penuh dengan metofora, bergaya abstrak, dan mencari-cari persamaan dengan benda lain untuk memahami pengalaman yang dirasakan penulisnya. Dan jangan pula menjadikan haiku sebagai puisi olok-olok. Seperti yang ditulis anggota grup berikut ini;
    pilihlah aku
    palsu uang kembali
    siap komandan
    Uka ngayas umak Aku sayang kami
    ngayas ilakes nakhab Sayang sekali bahkan
    itap uak kadit Tapi kau tidak
    nangkap koruptor
    oleh koruptor baru
    profesional
    Puisi-puisi haiku bukannya tidak ada yang tidak mengundang tawa, tapi bukan pula dimaksudkan sebagai puisi olok-olok.
    Terus, apa dong yang harus dilakukan jika ingin menulis puisi haiku. Oke, pakem 5,7,5 itu anggaplah bagian dari pikiran. Otomatis akan menjadi pola begitu seseorang akan menulis haiku. Tapi bagaimana ketika otak lagi buntu?
    Inilah menariknya haiku. Cobalah bangun pagi, lakukan ginko (langkah haiku) di sekitar halaman, kebun, pinggir sungai maupun pinggir laut, untuk mendapatkan ide. Nongkrong di wc termasuk dalam ginko. Ingat, momen mendapatkan ide itu berlangsung sekejap. Nah, tangkaplah dan ungkapkan dalam sebuah kigo (kata-kata yang tepat) guna mewakili suasana pada saat ginko. Pakai kata-kata sederhana saja untuk mengungkapkannya. Setiap musim mewakili perasaan penulisnya.
    Panas Jakarta
    Mekar hitam Ciliwung
    Angin berhenti
    Sederhana, kan?
    Selamat menikmati haiku.

Komentar

Anggota Haikuku